HMPS-TL: Siapakah Pahlawan Iklim yng Sebenarnya?
Di abad ke-21 ini, tantangan global semakin kompleks dan saling berhubungan antara satu isu
dengan isu lainnya termasuk masalah perubahan iklim (climate change) yang terus
mengemuka. Planet bumi telah mengalami kerusakan lingkungan dimana-mana terkait
dengan keberadaaan manusia dan gaya hidupnya yang kurang bahkan tidak ramah
lingkungan sama sekali.
Pemborosan energi baik itu bahan bakar fosil, listrik, maupun air, kemudian pengolahan
sampah yang buruk dan tidak berkelanjutan, hingga masalah perlindungan lingkungan hidup
baik itu ekosistem di darat, air, maupun udara adalah isu-isu yang harus ditangani secara
serius oleh berbagai pemerintahan di seluruh dunia dalam rangka mencegah dan mengurangi
dampak-dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Pemborosan energi baik itu bahan bakar fosil, listrik, maupun air, kemudian pengolahan
sampah yang buruk dan tidak berkelanjutan, hingga masalah perlindungan lingkungan hidup
baik itu ekosistem di darat, air, maupun udara adalah isu-isu yang harus ditangani secara
serius oleh berbagai pemerintahan di seluruh dunia dalam rangka mencegah dan mengurangi
dampak-dampak perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Kini, berbagai pihak yang peduli terhadap isu perubahan iklim baik itu utusan pemerintah,
perwakilan perusahaan, aktivis LSM, praktisi dan akademisi, hingga kelompok pemuda dan
anak, sedang berkumpul di UNFCC COP 24 di Katowice, Polandia untuk mendiskusikan
arah kebijakan selanjutnya untuk solusi perubahan iklim secara lebih nyata dan terukur
mengingat Paris Agreement akan mulai berlaku penuh pada tahun 2020 mendatang. Oleh
sebab itu, diperlukan perubahan gaya hidup masyarakat dunia yang lebih memperhatikan
kondisi planet bumi kita yang semakin rentan.
Generasi muda menjadi kunci bagi kesuksesan pencapaian dunia yang lebih baik terutama
dalam mengurangi emisi karbon, meningkatkan perlindungan lingkungan hidup, serta tentu
gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
Mari membuktikan kepada dunia bahwa generasi muda Indonesia adalah generasi yang
ramah iklim dan cinta bumi.
Kita tidak harus menunggu menjadi seperti Prof Emil Salim atau Rachel Kyte terlebih dahulu
baru bisa disebut sebagai “Pahlawan Iklim”, kita semua bisa disebut pahlawan iklim dengan
melakukan aksi nyata yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan mulai dari yang sederhana, sekarang dan dari kita sendiri.